  |  |  |  |
e-pharmacology |
 |
History of Pharmacology at a glance |
 |
|
e-pharmacology
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari (efek) senyawa (farmakon) dengan organisme (sistem biologi).
Ilmu ini berikatan erat dengan ilmu-ilmu lainnya seperti: farmasi, biokimia, fisiologi, kimia, kimia fisik.
Di dalam perjalananannya farmakologi berkembang menjadi a.l. Farmakologi klinik (Farmakoterapi), Farmakoepidemiologi, Etnofarmakologi, dll.
|
|
Sejak jaman dahulu kala, suku-suku bangsa secara empiris atau itrial and error mengetahui dan menggunakan tanaman atau bagian dari tanaman seperti akar, daun, buah untuk pengobatan. Sekarang dikenal dengan herbal medicine. Yang dimaksud dengan trial and error adalah tanaman aau bagian dari tanaman dicobakan lebih dahulu mungkin kepada diri sang penyembuh atau "traditional healer" atau "shaman doctor", baru kalau dianggap aman dan berdasarkan pengalaman memang dapat menyembuhkan beberapa gejala, barulah dianggap sebagai "obat" dan digunakan oleh suku tersebut. Indonesia mengenal obat-obat tradisional ini dengan nama JAMU. Sekarang banyak jamu yang dikemas seperti layaknya obat moderen, y.i. dalam bentuk kapsul, tablet, sirup. Beberapa obat tradisional Indonesia yang dikenal a.l. pucuk daun jambu klutuk untuk diare, daun kumis kucing atau kejibeling untuk gangguan ginjal, dll.
Salah satu "bapak" farmakologi yang terkenal adalah Paracelsus (TheophrastusPhilippus Aureolus Bombastus von Hohenheim), Jerman. Aksioma yang diperkenalkan olehnya adalah: "Segala sesuatu adalah racun, hanya dosislah yang membedakan suatu zat menjadi racun atau tidak"
Seiring dengan Renaisans di Eropa, maka terjadilah perkembangan ilmu pengetahuan, seni budaya, agama (ingat Reformasi, yang diprakarsai oleh Martin Luther dan menimbulkan munculnya gerakan yang menjadi cikal bakal Protestanisme). Dunia kedokteran pun juga berkembang, terutama para pendeta (yang pada waktu itu juga banyak sebagai ilmuwan dan filsuf) menterjemahkan beberapa buku kedokteran Timur (Arab), buku-buku Avicenna (Ibn Sina) dan Ibn Chaldun.
Sejarah Perkembangan Farmakologi |

|
Credit: H.P. Rang et al. Pharmacology (2003) |
|
 |
 |
 |
Seorang tetua adat suku Dayak, Kalimantan |

|
Seringkali tetua adat berfungsi pula sebagai "dokter" yang mengerti dan mengetahui tanaman obat |
Kemudian masuk era pengobatan yang lebih maju, obat tidak lagi dibuat secara khusus hanya oleh pengobat tradisional, namun secara industri. Selain itu dengan perkembangan metodologi penelitian dan etika penelitian, maka obat tidak boleh begitu saja dipergunakan oleh manusia, harus melalui tahapan penelitian.
Ada 3 tahapan penelitian y.i. (1) Tahapan penemuan dan screening suatu senyawa calon obat. Senyawa ini bisa didapat dari alam (tumbuhan, jamur, hewan, mineral, dll.) atau dibuat secara sintetis. Bila ditemukan bahwa senyawa ini memiliki aktifitas biologik atau farmakologik, maka selanjutnya masuk tahap (2) uji pra-klinik. Pada tahapan ini, senyawa dicobakan pada sel, organ, sistem organ, dan hewan dari berbagai jenis spesies. Pada saat ini diteliti a.l. uji toksisitas akut, subakut dan kronik, uji mutagenisitas, uji karsinogenisitas dan uji fertilitas. Selain itu mulai dilihat juga efek farmakodinamiknya, dengan melihat hubungan antara dosis-respons senyawa tersebut.
Bila pada tahapan ini, memang senyawa tersebut prospektif bisa menjadi obat, maka tahapan berikutnya adalah (3) uji klinik (clinical trial). Uji klinik terbagi atas 3 tahapan y.i. (a) Tahap 1, senyawa diujikan pada orang dewasa (pria) sehat. Uji ini dilakukan untuk melihat efek farmakodinamik dan kinetika obat, sekaligus melihat apakah ada gejala efek samping obat (ESO). Setelah itu masuk ke (b) tahap II, calon obat diujikan pada sekelompok kecil pasien dengan penyakit yang sesuai dengan tujuan/indikasi calon obat. Misanya calon obat itu adalah anti hipertensi golongan ACE Inhibitor, maka dicobakan pada pasien dengan hipertensi. Pada tahapan ini diuji kinetika, hubungan dosis dan respons, dan juga ESO yang mungkin timbul. Bila tahapan ini lulus, maka masuk ke tahapan (c) yaitu dengan jumlah naracoba yang lebih banyak, bisa sampai ribuan orang, dan biasanya dilaksanakan di berbagai tempat (multicentre). Setelah itu semua data dikumpulkan dan disusun untuk segera diajukan ke badan registrasi di penmerintah masing-masing, di USA dikenal dengan Food & Drug Administration dan di Indonesia dengan Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan). Badan-badan ini akan melakukan evaluasi secara komprehensif dan bila dinyatakan layak maka disetujui untuk diedarkan dan digunakan secara resmi diwilayah negara tersebut.
Biaya penelitian dari awal sampai dengan registrasi obat sangat mahal bisa sampai dengan miliaran dollar! Oleh sebab itu masuk akal kalau obat (paten) itu mahal.
Dengan semakin berkembangnya dunia kedokteran dan kesehatan, makin banyak mekanisme dan penyebab penyakit terungkap, apalagi dengan telah terpetanya gen manusia dengan proyek Genome. Dengan mengetahui peta gen manusia maka beberapa penyakit yang berkaitan dengan gen dapat dideteksi dan bila mungkin dikoreksi, sehingga kelainan itu tidak muncul atau dicegah agar tidak muncul, hal ini yang dikenal dengan Gene Therapy.
|
 |
|
 |
|
|
|