e-pharmacology
The future of pharmacology

Home

Epilog | Pengantar | History of Pharmacology at a glance | e-pharmacology two | Abstrak Artikel Farmakologi | Menuju e-pharmacology! | Who's who (Siapa Dia?) | Tentang Pengobatan Rasional... | The future of pharmacology

Masa depan (farmako) terapi

Sejarah dunia kedokteran ditandai dengan beberapa perkembangan yang spektakuler (milestone) y.i. teknik-teknik pembedahan, imunisasi, antibiotika, dan tentunya biomolekuler. Obat dan pengobatan selama ini berkaitan dengan perubahan pada sisi fisiologis mahluk hidup, y.i. mengubah keadaan patologis menjadi fisiologis kembali. Seringkali pendekatan yang ada adalah dengan menambahkan atau mengurangi faktor-faktor yang terlibat dalam patofisiologi suatu penyakit, mis. Penyakit Parkinson yang ditandai dengan berkurangnya Dopamin di otak, maka orang berusaha menambahkannya dari luar, atau berusaha mengurangi aktifitas (enzim) yang menurunkan kadar Dopamin dalam otak. Demikian pula dengan kelainan-kelainan lainnya seperti hipertensi, asma bronkiale, dll.
Namun dengan terbukanya "gerbang rahasia" menuju genetika y.i. dengan penelitian Genom, maka terbukalah horison baru dalam pengobatan. Hal ini dikenal dengan Gene Therapy. Yang dikutak-katik bukan lagi sekedar neurotransmitor atau reseptor namun langsung pada asam nukleat yang merupakan inti dari gen mahluk hidup!Ingat cloning?

Gene Therapy (Terapi Genetik)
 
Terapi genetik adalah modifikasi genetik dari sel untuk mencegah, mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit. Pada saat ini arahnya lebih ke sel somatik bukan sel reproduktif.
Terapi genetik berpotensi dalam hal:
  • Penyembuhan radikal akan penyakit-penyakit yang disebabkan kelainan gen tunggal mis. cystic fibrosis, haemoglobinopathies.
  • Perubahan & penyembuhan penyakit-penyakit yang disertai atau tanpa komponen genetik termasuk keganasan (kanker), neurodegenerative (mis. Parkinson, Alzheimer, dll.) dan penyakit-penyakit infeksi.

Pengin tahu lebih dalam tentang terapi genetik? Klik saja alamat ini American Society of Gene Therapy, Gene Therapy in Short.

Dengan berkembangnya sisi diagnostik dan kemungkinan terapi secara genetik maka berubah pulalah cara mendapatkan, produksi dan penelitian obat. Obat tidak lagi dikenal sebagai materi atau senyawa mati saja, namun sedang dikembangkan obat-obat "pintar" (smart drugs). Yang dimaksud adalah obat yang misalnya dapat mengenal target secara spesifik. Kita tahu bahwa pengobatan kanker seringkali dihalangi oleh efek samping obat, karena obat kanker (sitostatika) akan membunuh semua sel tidak perduli yang ganas atau tidak. Contoh lain misalnya pengobatan HIV/AIDS tidak dengan obat-obat yang dikenal sekarang namun justeru dikembangkan dari virus HIV itu sendiri!

Ingin Lebih Tahu Tentang Penemuan Obat-obat Baru?
linkddt.jpg
Silakan klik link ini!

EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM)
 
Salah satu topik yang sedang ngetrend di bidang kedokteran selain Problem Based Learning (Belajar Berdasarkan Masalah) adalah Evidence Based Medicine (EBM). Apa pula ini? Menurut Sacket DL et al (2003) EBM adalah:
 
"Evidence-based medicine is the conscientious, explicit and judicious use of current best evidence in making decisions about the care of individual patients." (Sacket DL et al, 2003 at http://www.cebm.net/ebm_is_isnt.asp).
 
Sebenarnya EBM cukup "tua" karena ditemukan atau sudah mulai dipraktekkan di pertengahan abad 19 di Paris (Perancis). Pada prinsipnya EBM adalah penyatuan integratif antara kemampuan (dan pengalaman) klinik dokter dengan bantuan bukti (terbaru) tentang pengobatan atau tindakan kedokteran terhadap keadaan tersebut. Bukti-bukti ilmiah yang dijadikan acuan adalah dari penelitian klinik yang baik, artinya secara disain ilmiah baik (scientifically good), misalnya dari suatu penelitian Randomised Controlled Treatment (RCT). Seringkali data dari suatu penelitian belum cukup untuk digunakan sebagai acuan, maka dikumpulkanlah penelitian-penelitian sejenis dan dianalisis secara seksama, disebut meta analisis atau systematic review. Berdasarkan suatu meta analisis maka kebanyakan "dispute" atau "grey area" atau "keraguan-raguan" dalam obat dan pengobatan dapat dijelaskan atau diterangkan. Misalnya perlukah antibiotik pada anak-anak yang terserang infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA) ringan? Menurut meta analisis, ternyata tidak perlu, atau perlu pertimbangan yang masak sebelum dokter memberikan antibiotik, karena kebanyakan penyebab ISPA ringan tersebut adalah virus yang bersifat self limiting disease.
Salah satu lembaga yang melakukan dan mengumpulkan meta analisis agar dapat diakses oleh para ilmuwan ataupun dokter adalah Cochrane Collaboration.
 
Pada akhirnya...
Dokter yang baik menggunakan kedua cara y.i. pengalaman klinik dan bukti (evidence) terbaru yang didapat dari penelitian yang baik.

Pustaka Acuan
 
Forth W, Henschler D, Rummel W, Starke K (1998). Allgemeine und spezielle Pharmakologie und Toxikologie. 7. Aufl. Spektrum Akademische Verlag, Heidelberg. Germany.

Mutschler E, Geisslinger G, Kroemer HK, Schaefer-Korting M (2001). Mutschler Arzneimittelwirkungen. Lehrbuch der Pharmakologie und Toxikologie. 8. Aufl. Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft mbH, Stuttgart. Germany.

Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Moore PK (Eds.) (2003). Pharmacology. 5th Edition. Churchill-Livingstone, Edinburg. United Kingdom.

 

 

Kembali ke Pengantar