
|
Silakan klik logo ini, Anda akan menuju buku Guide to Good Prescribing (English version) |
Guide to Good Prescribing
Tindakan terakhir yang biasanya dilakukan dalam konsultasi pasien dan dokter adalah rencana atau tindakan pengobatan itu sendiri. Dalam prakteknya, dokter menuliskan resep yang berisi tentang jenis, jumlah, aturan pakai dan keterangan-keterangan lain dari obat yang menurutnya tepat untuk kondisi pasien.
Namun, persoalannya sekarang, seberapa jauhkah pilihan obat, dosis, cara pakai yang dipilih sang dokter sudah TEPAT untuk si pasien?
Menurut data, penyakit/keadaan iatrogenik y.i. penyakit-penyakit atau keadaan yang justeru ditimbulkan oleh (kesalahan/kealpaan) dokter atau tenaga kesehatan mencapai s.d. 10% dari jumlah perawatan di rumah sakit.
Contoh kasus:
Seorang supir taksi berusia 52 tahun, mengeluh nyeri tenggorok dan batuk disertai selesma sejak 2 minggu sebelumnya. Bersinnya sudah hilang, tetapi ia tetap batuk-batuk, terutama malam hari. Ia perokok berat yang sudah sering dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan itu. Pada anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut tak ditemukan kelainan selain tanda radang tenggorok. Dokter itu kembali menasehatinya untuk berhenti merokok, dan menulis resep berisi tablet kodein 10 mg, 3 kali sehari untuk 3 hari.
Apa yang Anda lakukan seandainya Anda sebagai dokternya? Apakah tindakan dokter itu sudah tepat? Apakah obat yang dipilih untuk pasien itu dari segi jenis, dosis dan lamanya pengobatan sudah tepat?
Itulah beberapa pertanyaan yang diajukan dalam rangka menilai apakah pengobatan (dan obat) yang diambil sudah rasional atau belum.
|